Sabtu, 21 Desember 2013

Kebudayaan Tari Jaipong Jawa Barat




Sejarah

            Tari ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung yaitu Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an,
dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi masyarakat Indonesia. Jaipongan dikembangkan berdasarkan seni masyarakat yang sudah ada seperti ketuk tilu, kliningsn, ronggeng.
            Perhatian Gugum Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah ketuk tilu yang menjadikannya mengetahui & mengenal betul perbendaharaan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada kliningan/bajidoran atau ketuk tilu.
            Tari jaipong mulai dikenal dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan tari jaipong pada awalnya disebut ketik tilu perkembangan yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari ketuk tilu tarian ini masih sangat kental dengan warna ibing ketuk tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi popular dengan sebutan Tari Jaipong Jawa Barat.
            Perkembangan selanjutnya tari jaipong terjadi pada tahun 1980-1990-an, dimana Guum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti toka-toka, sentra sari, sonteng, pecug, kuntul mangut, iring-iring daun puring, rawayan, dan tari kawung anten.
           
Gerakan Jaipong
Jaipong memiliki dua kategori dalam gerakannya:

  1. Ibing Pola (Tarian Berpola)
    Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak (berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam panggung untuk kebutuhan tontonan saja.
  1. Ibing Saka (Tarian Acak)
    Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan Karawang, disebut juga sebagai Bajidor. Bajidor sendiri sering diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan Orang-orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena, posisi penonton sejajar dengan penari. Dan penonton bisa ikut menari.

Pola Jaipong
Rangkaian gerak tari jaipong dapat dibedakan menjadi empat bagian:

  1. Bukaan, merupakan gerakan pembuka,
  2. Pencugan, merupakan bagian kumpulan gerakan-gerakan,
  3. Ngala, bisa juga disebut titik merupakan pemberhentian dari rangkaian tarian, dan
  4. Mincit, merupakan perpindahan atau peralihan.

Gerakan dasar tarian ini sering disebut 3G akronim dari Geol (gerakan pinggul memutar), Gitek (gerakan pinggul menghentak dan mengayun), Goyang (gerakan ayunan pinggul tanpa hentakkan).  Dewasa ini tari jaipong boleh disebut sebagai salah satu identitas Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting  di Jawa Barat. Tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat biasa disambut dengan pertunjukan tari jaipong. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara.

Referensi : 
 

0 komentar:

Posting Komentar