This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 17 Oktober 2013

Kebudayaan Ondel-Ondel dari Jakarta




Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya.

Konon, bentuk Ondel-ondel adalah personifikasi dari leluhur masyarakat Betawi yang senantiasa menjaga keturunannya dari gangguan roh halus. Tidak heran kalau bentuk Ondel-ondel jaman dulu berkesan sangat menyeramkan. Berbeda dengan ondel-ondel yang dapat dilihat saat ini, yang lebih berkesan seperti sepasang ibu-bapak.Meski terjadi pergeseran fungsi, unsur ritual tak sepenuhnya lepas dari tradisi Ondel-ondel. Pada proses pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, ada waktu khusus untuk membuat Ondel-ondel. Baik waktu membentuk wajahnya demikian pula ketika menganyam badannya dengan bambu.

Sebelum mulai membuat Ondel-ondel, biasanya disediakan sesajen yang berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam, asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut.

Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.

Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.

Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.

Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian ondel-ondel petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.

Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu, tergantug dari asing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpian Gejen, kampong setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarag pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombogan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota metropolitan Jakarta.



Sumber : http://senibudayabetawi.blogspot.com/2011/02/ondel-ondel.html


Selasa, 15 Oktober 2013

Karya Ilmiah




Karya ilmiah merupakan laporan tertulis dan di tebitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dilakukan dan ditaati oleh masyarakatkeilmuan.
Karya ilmiah dibagi menjadi beberapa macam yaitu diantaranya: 
-         Laporan Penelitian
-         Makalah
-         Ertikel jurnal

Pada perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. 
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan betapa pentingnya penulisan karya ilmiah bagi penunjang studi para mahasiswa/i, karena bagimanapun sebagai seorang mahasiswa nantinya kita akan dihadapkan dengan yang namanya karya ilmiah apapun itu bentuknya baik itu laporan penelitian, simposium, dan artikel penelitian, dan yang paling penting adalah tugas akhir kita (skripsi) sebelum kita menyelesaikan studi. 


Jenis-Jenis Karangan
  1. Karangan Narasi
karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun  menurut  urutan  waktu.Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.
Ciri-ciri karangan karangan narasi:
a.       Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa.
b.      Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukan peristiwa awal sampai akhir.
c.       Menempilkan pelaku peristiwa atau kejadian.
d.      Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci.

  1. Karangan Deskripsi
karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri.
            Ciri-ciri karangan deskripsi:
a.       Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
b.      Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang  dideskripsikan
c.       Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa  tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan
d.      Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis

  1. Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
Ciri-ciri karangan eksposisi:
    1. Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
    2. Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
    3. Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
    4. Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada
    5. Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu

  1. Karangan Persuasi
Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh konkrit.

  1. Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata.
      Ciri-ciri karangan argumentasi:
a.       Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca.
b.      Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar
c.       Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan pembaca
d.      Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas
e.       Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian

Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Sebuah karya ilmiah harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Objektif, data yang disajikan fakta yang diungkapkan berdasarkan fakta berdasarkan fakta yang sebenarnya, tidak memihak pada satu pihak. Setiap pernyataan juga dinyatakan pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.
  2. Netral, dapat dilihat pada setiap pernyataan bebas dari kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok.
  3. Sistemetis, uraian yang terdapat pada karya ilmiah mengikuti pola tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya.
  4. Logis, kelogisan dapat dilihat dalam pola nalar yang digunakan, ppola nalar induktif atau deduktif.Jika bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
  5. Menyajikan fakta, Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta.
  6. Penggunaan Bahasa, Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Langkah-Langkah dalam Penulisan
I.                   Tahap Persiapan
Dalam penulisan karya ilmiah tahap persiapan merupakan tahap pertama dan penting untuk melakukan penulisan ilmiah atau kunci untuk dapat melanjutkan tahap penulisan ilmiah berikutnya. Tahap persiapan ini dibagi lagi menjadi beberapa langkah, diantaranya :

1.      Pemilihan Topik, Tema dan Rumusan Masalah.
a.       Menentukan Tema
Tema haruslah lebih dulu tergambar oleh penulis sebab ruang lingkupnya lebih luas dan abstrak. Sehingga, dengan adanya tema maka penulis dapat menentukan topik yang akan dibahas atau dikaji kedepannya, dan penulis dapat fokus serta bahasannya tidak akan keluar dari tema yang sudah ditetapkan sebelumnya.
b.      Menentukan Rumusan Masalah & Topik
Setelah menetapkan tema yang akan dikaji, maka penulis dapat menentukan sebuah rumusan masalah lalu topik yang ruang lingkupnya lebih sempit dan terbatas. Untuk itu, perlu adanya rumusan masalah yang merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui  pengumpulan data. Jadi, penulis harus dapat menjawab pertanyaan yang penulis buat sendiri terlebih dahulu dan tentunya masih dalam lingkup tema yang ditetapkan sebelumnya.
Setelah mendapat rumusan masalah maka penulis dapat menentukan topik yang juga harus memiliki data ataupun fakta pendukung.

2.      Pemilihan Judul
Judul juga dapat diartikan sebagai gambaran singkat terhadap isi karya yang dikaji.Jadi, judul haruslah berkaitan erat dengan isi karya ilmiah tersebut.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan judul yang baik, yakni :
a.       Harus berbentuk frasa (frasa adalah satuan gramatikal yang berupa   gabungan kata yang bersifat nonpredikatif). Contoh judul: Kesalahan Sistem Perindustrian.
b.      Tanpa ada singkatan atau akronim.
c.       Awal kata harus huruf capital kecuali kata penghubung.
d.      Tanpa tanda baca di akhir judul.
e.       Menarik perhatian.
f.        Logis dan sesuai dengan isi.
3.      Menentukan Tujuan, Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah, dan Lingkup Materi.

4.      Penulis harus melewati langkah ini sebab penulis harus mengetahui dan menentukan tujuan dibuatnya karya ilmiah tersebut, apakah untuk membuat sebuah penemuan baru yang berguna untuk masyarakat luas, memotivasi pembaca agar lebih sukses ataupun agar terjadi perubahan sistem yang lebih baik kedepannya. Selain itu, penulis harus mengetahui kepada siapa akan disampaikannya karya ilmiah tersebut, mungkin untuk dipublikasikan ke masyarakat umum atau hanya kalangan tertentu saja, sehingga pesan-pesan yang penulis sampaikan dalam karya ilmiah dapat dipahami oleh pembaca dan tepat sasaran sebab sudah kewajiban bagi seorang penulis karya ilmiah untuk memuaskan kebutuhan pembaca yang akan menerima informasi dari karya ilmiah tersebut. Lingkup materi juga dipertimbangkan untuk memperkirakan cakupan materi yang akan dibahas dan berapa banyak informasi yang disampaikan dalam karya ilmiah.

II.                Tahap Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung Karya Ilmiah
Data dan informasi yang didapat harus sesuai dengan topik atau bahasan dalam karya ilmiah tersebut, logis, mengandung fakta, dapat diuji kebenarannya dan juga mengandung landasan-landasan teori ataupun keilmuan yang telah diakui. Ada beberapacara yang dapat dilakukan penulis untuk mendapat data dan informasi pendukung, diantaranya :

1.      Memanfaatkan perpustakaan yang ada disekitar penulis. 
Pada umumnya, perpustakaan  mempunyai berbagai data dan informasi yang tersedia dalam berbagai bentuk media, seperti media cetak dan media audiovisual.
Salah satu hal yang harus dilakukan saat memasuki perpustakaan yaitu memahami di mana letak sumber informasi yang dibutuhkan berada.Beberapa tempat di perpustakaan yang patut dituju penulis adalah bagian referensi yang terdiri dari koleksi encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus, juga buku-buku teori menurut para ahli atau buku sains yang mendukung.
2.      Menyusun angket dan mengadakan wawancara
Untuk mendapat informasi yang diinginkan penulis maka salah satu caranya adalah dengan mengadakan wawancara kepada pakar atau ahli-ahli yang telah diakui dan dapat menunjang informasi untuk mendukung karya ilmiah yang akan dibuat. Secara umum, ada empat langkah yang dilakukan penulis karya ilmiah dalam melakukan keberhasilan wawancara, yaitu :
a.       Menentukan siapa pihak yang tepat untuk diwawancarai.
b.      Mempersiapkan pedoman wawancara dan menyusun angket ataupun rangkaian pertanyaan yang akan ditanyakan.
c.       Melaksanakan wawancara.
d.      Mengolah hasil wawancara.

3.      Mengadakan praktek ke lapangan atau langsung mengadakan survey pembuktiannya untuk mendapat data serta informasi yang lebih tepat dan meyakinkan dalam mendukung karya ilmiah yang akan dibuat.
.

4.      Menggunakan media internet untuk mendapat beberapa artikel penting dan yang telah diakui untuk referensi data serta informasi yang dibutuhkan

III.             Tahap Hipotesis
Hipotesis  perlu dikembangkan agar penulis dapat memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diangkat. Ini penting untuk dilakukan agar mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang akan dihadapi dalam karya ilmiah tersebut. Hipotesis untuk kepentingan karya tulis ilmiah ini tidak harus dirumuskan secara formal seperti pada karya tulis penelitian. Fungsi utama hipotesis dalam karya tulis ilmiah ialah untuk mengarahkan imajinasi ilmiah agar bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi jika berupaya memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan pendekatan-pendekatan tertentu.

IV.              Tahap Penulisan Karya Ilmiah
Istilah penulisan dipakai untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan dan pernyataan gagasan orang lain. Pihak yang menyusun kembali beberapa hal-hal yang sudah dikemukakan oleh orang lain dan mengumpulkan data atau informasi tambahan lain lagi disebut penulis.
Tahap penulisan karya ilmiah merupakan tahap menentukan bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diinginkan. Namun, di dalam tahap ini masih ada beberapa langkah lagi yang dilaksanakan, yaitu:
    1. Menyusun Kerangka Penulisan Karya Ilmiah.
Kerangka untuk karya ilmiah yang akan dibuat haruslah ditentukan terlebih dahulu dalam tahap ini. Jadi, dalam kerangka sudah terdeskripsikan bagian-bagian apa saja yang akan dicantumkan dalam karya ilmiah yang akan dibuat, misalnya dibutuhkan adanya daftar pustaka, lembar pengesahan ataupun lampiran pendukung.





    1. Melengkapi, Menyusun, dan Menulis Draf.
Pada langkah ini, penulis mulai melengkapi data dan menyusunnya secara berurutan dan rinci sesuai dengan kerangka penulisan karya ilmiah yang telah disusun pada langkah sebelumnya.Kekurangan salah satu bagian saja dari kerangka yang telah disusun maka karya ilmiah yang dibuat oleh penulis tersebut berkurang nilanya.Untuk itu, penulis harus benar-benar fokus dalam mengerjakannya. Setelah melengkapi dan menyusun data, penulis sebaiknya lebih dulu menulis draf atau tulisan kasar terhadap ide atau gagasan yang akan dituangkan dalam karya ilmiah tersebut.Tulisan draf masih dapat diubah atau diedit sebelum diketik dan dipublikasikan.
    1. Revisi dan Penyuntingan
Setelah menulis draf atau tulisan kasar dari karya ilmiah yang akan dihasilkan maka selanjutnya penulis mengadakan revisi dengan membaca ulang seluruh draf, menerima masukan dari beberapa pihak terhadapap draf atau tulisan kasar yang dibuat, sehingga dapat menyimpulkan apakah ditambah atau dikurangi. Selanjutnya adalah penyuntingan, langkah dimana dilakukannya perbaikan dari segi tata bahasa , diksi/pilihan kata, dan penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
    1. Mengetik dan Mempublikasikan.
JIka langkah sebelumnya, menulis draf, revisi, dan penyuntingan telah dilakukan penulis dengan baik dan benar maka langkah selanjutnya adalah mengetik dengan rapi dan menarik hasil penulisan karya ilmiah.Setelah berhasil menyelesaikan langkah mengetik, maka tugas penulis berikutnya adalah mempublikasikan tulisan karya ilmiah yang telah dibuat. Karya ilmiah yang telah dibuat akan memiliki nilai tinggi jika berguna atau bermanfaat bagi masyarakat luas atau pembaca. Sesuaikan juga media publikasi yang digunakan untuk mempublikasikannya.

Referensi : 
http://bloggueblog.wordpress.com/2012/04/20/pengertian-ciri-ciri-dan-macam-macam-karya-ilmiah/
http://www.wayankatel.com/2012/09/cara-penulisan-karya-ilmiah-remaja-baikbenar.htmlhttp://yanhasiholan.wordpress.com/2013/01/14/langkah-langkah-penulisan-karya-ilmiah/
http://yosisusantismkn7.wordpress.com/2011/05/27/jenis-jenis-karangan-berdasarkan-pengertian-dan-ciri-ciri-karangan/
 




Minggu, 13 Oktober 2013

Komunikasi

 
Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan lagi dari kehidupan manusia tidak di pungkiri komunikasi merupakan hal yang sangat di butuhkan makhluk yang ada di bumi untuk menyatakan keinginan atau pendapat kepada orang lain..
Komunikasi tidak hanya komunikasi antara manusia dengan manusia lain, melainkan komunikasi juga di gunakan antara lain contohnya komunikasi hewan dengan hewan, komunikasi dengan diri sendiri (kata hati), komunikasi dengan tuhan (spiritual).
 
Pengertian Komunikasi Menurut Beberapa Ilmuan

1.  Lougee (2007: 312) menjelaskan bahwa melalui komunikasi ilmiah dapat mempelajari bagaimana para ilmuwan dari berbagai bidang ilmu menyebarkan informasi melalui saluran formal dan informal. Kajian komunikasi ilmiah mencakup perkembangan ilmu pengetahuan, hubungan antara peneliti dalam berbagai disiplin ilmu, pemanfaatan dan kebutuhan informasi dari kelompok pemustaka, serta metode komunikasi baik formal maupun informal. Dengan demikian jelas tergambarkan bahwa proses penyebaran ilmu yang membentuk satu mata rantai komunikasi ilmiah yang saling bergantung satu sama lainnya.
2.     Prahastuti (2006: 19) menjelaskan tentang asal kata komunikasi ilmiah berdasarkan pendapat Corea. Dituliskannya  bahwa komunikasi berasal dari kata latin "communicare" yang artinya membuat jadi biasa, berbagi, mengimpor dan mentranmisikan dan selanjutnya dari kata ini muncul kata communication, communicate, communicator dan sebagainya. Dengan demikian komunikasi ilmiah (scholarly or scientific communication) adalah komunikasi yang umumnya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau penyelidikan, khususnya di lingkungan akademik.
3.   Liu (2007: 112) menuliskan bahwa komunikasi ilmiah berkaitan dengan pemanfaatan dan penyebaran informasi di lingkungan akademik baik melalui saluran formal maupun informal. Seorang penulis mengkomunikasikan pengetahuannya pada  masyarakat melalui media rekam formal seperti buku, jurnal, prosiding dan lain-lain dan diskusi serta berbagi ide melalui kegiatan komunikasi informal seperti tanya jawab, ceramah, telepon, e-mail, surat dan lain-lain.
4.  (Robbins, 2002 : 310) Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.
5. (Handoko, 2002 : 30).Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami.
6.      (Effendy, 2000 : 13) Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan

Arti Penting Komunikasi

Komunikasi itu penting, semua orang tahu, karena ini merupakan basic instinct dari setiap makhluk hidup. Setiap makhluk punya cara komunikasi masing-masing, setiap manusia pun tak lepas dari cara dia melakukan komunikasi. Kita tak bisa membeda-bedakan bahasa, suku, adat, kebiasaan, tradisi maupun agama karena pada dasarnya berkomunikasi, menyampaikan pesan itu asal dilakukan dengan baik dan benar, serta dalam keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa sentimen dan perasaan negatif, pasti maksud yang ingin disampaikan dapat diterima.

Fungsi Komunikasi

Terdapat berbagai fungsi komunikasi antara lain:
a.    Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.
b.    Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.
c.  Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
d.      Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan alternatif (Robbins, 2002 : 310-311).

Kendala-Kendala Dalam Komunikasi

1.   Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2.   Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3.   Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4.   Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5.   Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6.   Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.

Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi

1.      Hambatan dari Proses Komunikasi
• Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
• Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
• Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
• Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
• Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
• Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

2.      .Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya

3.      Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima

4.      Hambatan Psikologis.
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

Bentuk-bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a.                   Komunikasi vertical, Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik.
b.                  Komunikasi horizontal, Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertikal yang terjadi secara formal.
c.                   Komunikasi diagonal, Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang yaitu seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam kedudukan dan bagian (Effendy, 2000 : 17).
Pendapat lainnya menyebutkan, komunikasi dapat mengalir secara vertikal atau lateral (menyisi).

Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas.

     a. Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja
b. Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan, menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah tujuan dan meneruskan masalah-masalah yang ada. Sedangkan dimensi lateral, komunikasi yang terjadi di antara kelompok kerja yang sama, diantara anggota kelompok-kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer-manajer pada tingkat yang sama (Robbins, 2002 : 314-315).

Jenis dan Proses Komunikasi

Contoh model komunikasi yang sederhana digambarkan dibawah ini :

Jika salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak akan berjalan. Ada komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
a. Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentinga mengkomunikasikan kepada orang lain.
b. Pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau isyarat.
c. Pesan (Massage), pesan dapat dalam segala bentuk biasanya dapat dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari indra penerima.
d. Saluran (Chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan.
e. Penerima (Recaiver) adalah orang yang menafsirkan pesan penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada penerima maka komunikasi tidak akan terjadi.
f. Penafsiran kode (Decoding) adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan yang dimaksudkan oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.

Umpan balik (Feedback) adalah pembalikan dari proses komunikasi dimana reaksi kominikasi pengirim dinyatakan.
Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis komunikasi dalam organisasai antara lain :
a. Komunikasi formal vs informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak setuju. Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.
b. Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke atas vs komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas adalah berita yang mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi. Komunikasi lateral adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.
c. Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.
Bagaimanapun juga keefektifan komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya :
1.      Saluran komunikasi formal
2.      Sruktur wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan stasus dan kekuasaan akan mempengaruhi isi komunikasi.
1.      Spesialis jabatan
Anggota organisasi yang sama akan menggunakan istilah-istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama dalam berkomonikasi.
1.      Pemilikan informasi
Berarti individu memunyai informasi dan pengetahuan yang khas mengenai tugasnya.
Dari pengamatan yang ada, bentuk-bentuk jaringan komunikasi dikelompokan ke dalam beberapa bentuk diantaranya bentuk lingkaran, diagonal, lateral, rantai, huruf Y, dan bintang.

Klasifikasi Komunikasi

1.      Dari segi sifat :
a.                   Komunikasi Lisan
komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara
contoh: presentasi
b.                  Komunikasi Tertulis
komunikasi melalui tulisan
contoh: email
c.                   Komunikasi Verbal
komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan
contoh: curhat
d.                  Komunikasi Non Verbal
komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat)
contoh: seseorang yang nerves (gemetar) 
2.      Dari segi arah :
a.                   Komunikasi ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan
b.                  Komunikasi ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan
c.                   Komunikasi horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat
d.                  Komunikasi satu arah
komunikasi ke sesama manusia / setingkat
e.                   Komunikasi dua arah
berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi
3.      Menurut lawan :
a.                   Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
contoh: berbicara melalui telepon
b.                  Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok
contoh: kelompok satpam menginterogasi maling
c.                   Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain
contoh: debat partai politik
4.      Menurut keresmiannya :
a.                   Komunikasi Formal
komunikasi yang berlangsung resmi
contoh: rapat pemegang saham
b.                  Komunikasi Informal
komunikasi yang tidak resmi
contoh: berbicara dengan teman

  Etika Berkomunikasi

a.                   Etika Komunikasi
- Otoritas, Yaitu Seorang penjual harus memiliki keahlian dan kekuatan hukum dalam melakukan tugasnya.
- Good Sense, Yaitu Seorang penjual dalam menyampaikan pesannya harus dapat disukai oleh calon konsumen, sehingga konsumen bisa menerima apa yang ditawarkan.
- Good Character, Yaitu Penjual harus berakhlak baik, diantaranya jujur dalam menyampaikan informasi.
- Good Will, Yaitu Niat baik 
- Dinamisme,Yaitu Ekspresi fisik penjual dan komitmen psikologis penjual terhadap topik pembicaraan.

b.                  Etika Komunikan
Siap untuk mendengarkan,
- Berpartisipasi,
- Pandai menangkap pembicaraan,
- Mencatat pembicaraan.

c.                   Etika Pesan
1.      Cara Penyampaian Pesan :
-   Kontak visual dengan komunikan
- Kontak mental,
- Penggunaan Vokal,
- Berbicara dengan seluruh  kepribadian,
- Kesesuaian bahasa lisan dan bahasa tubuh.
2.      Isi Pesan yang disampaikan ( Faktual, akurat, nasihat-nasihat baik bernilai guna).

d.                  Etika Pemilihan Alat dan Bahan
1.      Pemilihan Media Komunikasi :
- Derajat pesan komunikasi
- Waktu,
- Perilaku Komunikasi.
2.      Pemilihan alat atau sarana komunikasi
-  Konsensus,
- Tempat Tinggal komunikan,
- Efisiensi.
e.                   Etika Memberikan Tanggapan
- Menumbuhkan Tanggapan Ucapan,
- Menumbuhkan Tanggapan Sikap,
- Menumbuhkan Tanggapan Tindakan.
Referensi :