Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi
yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis
tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat
dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka
tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya.
Konon, bentuk Ondel-ondel
adalah personifikasi dari leluhur masyarakat Betawi yang senantiasa menjaga
keturunannya dari gangguan roh halus. Tidak heran kalau bentuk Ondel-ondel jaman dulu berkesan sangat
menyeramkan. Berbeda dengan ondel-ondel yang dapat dilihat saat ini, yang lebih
berkesan seperti sepasang ibu-bapak.Meski terjadi pergeseran fungsi, unsur
ritual tak sepenuhnya lepas dari tradisi Ondel-ondel. Pada proses pembuatan
ondel-ondel dilakukan secara tertib, ada waktu khusus untuk membuat Ondel-ondel.
Baik waktu membentuk wajahnya demikian pula ketika menganyam badannya dengan
bambu.
Sebelum mulai membuat Ondel-ondel,
biasanya disediakan sesajen yang berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh
rupa, bunga-bungaan tujuh macam, asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula
ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari
kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap
menunggui ondel-ondel tersebut.
Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang
dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat
dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah,
sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Jenis
pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa
dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di
Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan
Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama
Barong Landung.
Awal mulanya
pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh
halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal
yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di
adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan
pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Disamping
untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan
pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru,
baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah
Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian
ondel-ondel petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah
pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu,
tergantug dari asing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti
rombongan ondel-ondel pimpian Gejen, kampong setu. Ada yang diiringi dengan
pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarag
pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Kemes”, Ningnong dan
Rebana ketimpring, seperti rombogan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel
betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di
wajah kota metropolitan Jakarta.
Sumber : http://senibudayabetawi.blogspot.com/2011/02/ondel-ondel.html
0 komentar:
Posting Komentar